Yogyakarta, 19 Februari 2024: Shafaya Nurunnisa Hanindhita seorang mahasiswi program studi Manajemen Sumberdaya Akuatik, Departemen Perikanan, UGM yang telah lama memiliki impian untuk mengikuti studi ke luar negeri sejak masa SMA. Impian tersebut akhirnya terwujud melalui program beasiswa JASSO (Japan Student Services Organization) yang membawanya ke Yamagata University, Jepang. Program ini bertujuan untuk menarik peneliti dari Indonesia untuk membantu penelitian di Jepang, termasuk di Yamagata University. Selain itu, pengalaman ini juga sering dimanfaatkan oleh penerima beasiswa sebagai penelitian akhir mereka dalam menyelesaikan masa studi perkuliahan. Dalam program ini, Shafaya melakukan penelitian tentang eDNA (Environmental DNA) dalam bidang Manajemen Sumber Daya Akuatik. Menurut penjelasan Shafaya, penelitian yang dilakukan merupakan tantangan tersendiri karena harus dilakukan di lingkungan yang berbeda dari yang biasa dihadapi di Indonesia. Beradaptasi dengan metode penelitian yang digunakan di Jepang menjadi pengalaman yang berharga bagi Shafaya.

Salah satu pengalaman menarik selama mengikuti program ini adalah perbedaan cara kerja antara orang Jepang dan komunitas internasional. Orang Jepang cenderung memiliki metode kerja yang sangat disiplin dan sistematis, sementara lingkungan internasional lebih fleksibel dan menekankan kerja sama tim. Lingkungan kerja internasional yang mendukung dan saling membantu dalam penelitian sangat membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas dengan lebih efektif. Meskipun menghadapi kesulitan dalam menyesuaikan diri, kehadiran senpai (senior) dari Indonesia serta tutor Jepang yang selalu memberikan saran dan informasi tentang cara bertahan hidup di Jepang sangat membantu proses adaptasi. Interaksi sosial dengan orang Jepang juga menjadi tantangan karena sebagian besar dari mereka tidak terlalu fasih berbahasa Inggris, sehingga komunikasi sering kali memerlukan usaha lebih. Tantangan terbesar yang dihadapi Shafaya tentu saja adalah penelitian dan penyelesaian tugas akhir di negeri orang. Tekanan dari teman-teman dan keluarga tentu cukup besar, tetapi dengan sikap yang santai dan membiarkan segala sesuatu mengalir apa adanya, Shafaya dapat menikmati prosesnya. Salah satu momen paling berkesan adalah ketika menyadari betapa uniknya suasana dan lingkungan di Jepang, yang benar-benar memberikan pengalaman “Oh, jadi aku benar-benar di Jepang.” Ungkap Shafaya.

Program JASSO (Japan Student Services Organization) memiliki keunikan dibandingkan dengan beasiswa lainnya karena program ini berlangsung selama satu tahun dan berfokus pada penelitian di Yamagata University. Hal ini memungkinkan para penerima beasiswa untuk mendapatkan pengalaman penelitian di luar negeri, menjalin relasi dengan sensei (dosen pembimbing) dan teman-teman internasional yang juga menempuh pendidikan di sana. Pengalaman ini sangat relevan bagi Shafaya yang berencana untuk melanjutkan studi magister di luar negeri. Memiliki koneksi akademik dan publikasi bersama sensei di Yamagata University akan sangat membantu dalam membangun karier akademik di masa depan.
Sebagai pengalaman pertama belajar di luar negeri, Shafaya mendapatkan banyak pelajaran berharga, terutama dalam hal adaptasi terhadap lingkungan baru. Ini mencakup pemahaman bahasa, budaya, dan kebiasaan hidup di Jepang. Selain itu, program ini memberikan gambaran besar tentang lingkungan kerja di luar negeri, termasuk cara berinteraksi dengan kolega di kampus, menyampaikan presentasi dengan baik, serta menghormati budaya dan kebiasaan orang lain. Melalui program ini, Shafaya berharap semakin banyak mahasiswa Indonesia yang berkesempatan untuk belajar di luar negeri. Dengan mendapatkan pengalaman yang lebih luas, diharapkan mereka dapat membangun karier internasional dan turut serta dalam mengharumkan nama bangsa di kancah global. Kegiatan ini telah mendukung adanya Sustainable Development Goals pada poin SDG (4) Pendidikan Berkualitas, 9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur, dan (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis : Kharisma Pundhi Rukmana
Editor : Dr. Mukti Aprian, S. Kel. (Han)